Rabu, 12 November 2014

VERTIKULTUR: Berkebun dan Berkreasi


Pertanian pada masyarakat perkotaan kini terkendala dengan lahan. Lahan di perkotaan lebih diutamakan untuk dibangun perumahan-perumahan dan gedung kantor daripada untuk lahan pertanian. Selain itu masyarakat Indonesia juga memiliki sistem warisan untuk membagi sama rata lahan yang dimiliki sesuai jumlah anaknya. Hal ini menyebabkan semakin menyempitnya luasan lahan untuk pertanian dari tahun-tahun. Menyempitnya lahan khusunya pada masyarakat perkotaan menyebabkan berkurangnya ketertarikan masyarakat perkotaan untuk mengenal budidaya tanaman.
Seiring berkembangnya teknologi dan zaman, mulailah dikenal pola tanam keatas yaitu vertikultur. Sesuai  dengan  asal  katanya  dari  bahasa  Inggris,  yaitu  vertical  dan  culture, maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat,  baik  indoor  maupun  outdoor. Sistem  budidaya  pertanian  secara  vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah dengan  lahan  terbatas seperti pada lahan masyarakat perkotaan.  Misalnya,  lahan  2  meter mungkin  hanya  bisa  untuk menanam  10 batang  tanaman,  dengan  sistem  vertikal  bisa  untuk  40  batang  tanaman.
Vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata vertical dan culture yang artinya, teknik budidaya tanaman secara vertikal diruang sempit dengan memanfaatkan bidang sebagai tempat bercocok tanam, sehingga penanamannya menggunakan sistem budidaya pertanian secara bertingkat baik  indoor  maupun  outdoor. Tujuan utama aplikasi teknik vertikultur adalah memanfaatkan lahan sempit seoptimal mungkin.
sumber gambar: http://lirikpertaniandunia.blogspot.com/
Cara menanam dengan vertikultur ini bisa dengan memanfaatkan barang-barang bekas sebagai tempat tanamnya seperti botol bekas dan paralon. Untuk model dan bahan dalam vertikultur ini bisa bebas sesuai dengan kreasi kita. Vertikultur sering pula dijadikan sekaligus untuk menghias halaman pekarangan rumah karena bentuk dan bahannya dapat dikreasikan. Persyaratan  vertikultur  adalah  kuat  dan mudah  dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya  disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur  pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain  selada, kangkung, bayam, pakcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun  dan tanaman sayuran daun lainnya.

1.      Pembuatan Wadah Tanam Vertikultur
Sumber gambar: http://bettysofyan.guru-indonesia.net
Pembuatan wadah tanam vertikultur disini bisa bebas bermacam-macam sesuai dengankreasi kita. Contohnya dapat menggunakan botol bekas yang disusun vertikal pada sebuah dinding. Botol bekas dipotong menjadi 2 bagian atas dan bawah kemudian dihubungkan dengan tali antar masing-masng botol. kemudian digantungkan pada sebuah dinding. Untuk jalan penyaluran airnya dibuat lubang pada bagian bawah agar air tersebut nantinya akan menetes ke bagian bawah yang lain.

2.      Pengadaan Media Tanam
Sumber gambar: http://www.aguspriyadi.com
Media  tanam  adalah  tempat  tumbuhnya  tanaman  untuk  menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman  menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang  digunakan bisa dengan campuran antara tanah, pupuk kompos,  dan  sekam  dengan  perbandingan  1:1:1.  Setelah  semua  bahan  terkumpul, dilakukan  pencampuran  hingga  merata.  Tanah  dengan  sifat  koloidnya  memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman. Media tanam di dalam  bambu  diusahakan  agar  tidak  terlalu  padat  supaya  air  mudah  mengalir,  juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.

3.      Persiapan Bibit Tanaman dan Penanaman
Sumber gambar: http://nice-gardens.blogspot.com/
Seperti proses budidaya pada umumnya, sebelum dipindahkan ke lahan atau tempat tanamnya dipersiapkan terlebih dahulu benihnya. Benih dapat disemai di tempat yang sudah disediakan seperti nampan maupun box. Ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, pada dasarnya  ada  tiga  tahap  dalam  proses  ini,  yaitu  persemaian,  pemindahan,  dan penanaman. Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki  lubang  di  bagian  bawah  untuk  mengeluarkan  kelebihan  air.  Ssetelah itu tanaman yang sudah siap dipindahkan tersebut diletakkan satu persatu pada tempat yang telah dibuat tadi. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah.

4.      Pemeliharaan tanaman
Proses selanjutnya pada vertikultur ini umumnya sama seperti proses budidaya tanaman lain pada umumnya yaitu perawatan. Perawatan disini antara lain seperti pemupukan dan pengendalian hama penyakit. Agar mendapatkan hasil yang optimal, pupuk yang digunakan sebaiknya menggunakan pupuk organik misalnya pupuk kompos, pupuk kandang, atau pupuk kobashi.
Limbah  dapur  atau  daun-daun  kering  bisa  dimanfaatkan  untuk  pembuatan  pupuk bokashi.  Pupuk  bokashi  adalah  hasil  fermentasi  bahan  organik  (jerami,  sampah organik,  pupuk  kandang,  dan  lain-lain)  dengan  teknologi  EM  yang  dapat  digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi  tanaman.  Bokashi  dapat  dibuat  dalam  beberapa  hari  dan  bisa  langsung digunakan sebagai pupuk.
Saat  ini  masyarakat  mulai  banyak  mempertimbangkan  mengkonsumsi  hasil panen  yang  Iebih  sehat  cara  penanamannya,  yaitu  menggunakan  pupuk  dan pengendalian hama alami, meskipun harga produk tersebut lebih mahal. Saran untuk  berkebun di rumah sebaiknya  tidak  menggunakan bahan kimia. Ditekankan  pula  jangan  menggunakan  furadan  untuk  membunuh  hama  yang  ada  di dalam tanah. Penggunaan furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah dan juga mencemari  tanaman  kurang lebih  selama  sebulan.  Jadi,  sebaiknya  untuk  tanaman sayuran tidak perlu digunakan furadan.

5.      Pemanenan
Sumber gambar: http://mewalik-jaya.blogspot.com/
Pemanenan  sayuran  biasanya  dilakukan  dengan  sistem  cabut  akar  (sawi,  bayam, seledri,  kemangi,  selada,  kangkung  dan  sebagainya).  Apabila  kita  punya  tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil  daunnya  saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar