Pertanian pada masyarakat perkotaan kini terkendala dengan lahan. Lahan di perkotaan lebih diutamakan untuk dibangun perumahan-perumahan dan gedung kantor daripada untuk lahan pertanian. Selain itu masyarakat Indonesia juga memiliki sistem warisan untuk membagi sama rata lahan yang dimiliki sesuai jumlah anaknya. Hal ini menyebabkan semakin menyempitnya luasan lahan untuk pertanian dari tahun-tahun. Menyempitnya lahan khusunya pada masyarakat perkotaan menyebabkan berkurangnya ketertarikan masyarakat perkotaan untuk mengenal budidaya tanaman.
Seiring berkembangnya teknologi dan zaman, mulailah dikenal pola tanam keatas yaitu vertikultur. Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah dengan lahan terbatas seperti pada lahan masyarakat perkotaan. Misalnya, lahan 2 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 10 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 40 batang tanaman.
Vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata vertical dan culture yang artinya, teknik budidaya tanaman secara vertikal diruang sempit dengan memanfaatkan bidang sebagai tempat bercocok tanam, sehingga penanamannya menggunakan sistem budidaya pertanian secara bertingkat baik indoor maupun outdoor. Tujuan utama aplikasi teknik vertikultur adalah memanfaatkan lahan sempit seoptimal mungkin.
sumber gambar: http://lirikpertaniandunia.blogspot.com/
Cara menanam dengan vertikultur ini bisa dengan memanfaatkan barang-barang bekas sebagai tempat tanamnya seperti botol bekas dan paralon. Untuk model dan bahan dalam vertikultur ini bisa bebas sesuai dengan kreasi kita. Vertikultur sering pula dijadikan sekaligus untuk menghias halaman pekarangan rumah karena bentuk dan bahannya dapat dikreasikan. Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pakcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya.
1. Pembuatan Wadah Tanam Vertikultur
Sumber gambar: http://bettysofyan.guru-indonesia.net
Pembuatan wadah tanam vertikultur disini bisa bebas bermacam-macam sesuai dengankreasi kita. Contohnya dapat menggunakan botol bekas yang disusun vertikal pada sebuah dinding. Botol bekas dipotong menjadi 2 bagian atas dan bawah kemudian dihubungkan dengan tali antar masing-masng botol. kemudian digantungkan pada sebuah dinding. Untuk jalan penyaluran airnya dibuat lubang pada bagian bawah agar air tersebut nantinya akan menetes ke bagian bawah yang lain.
2. Pengadaan Media Tanam
Sumber gambar: http://www.aguspriyadi.com
Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan bisa dengan campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman. Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.
3. Persiapan Bibit Tanaman dan Penanaman
Sumber gambar: http://nice-gardens.blogspot.com/
Seperti proses budidaya pada umumnya, sebelum dipindahkan ke lahan atau tempat tanamnya dipersiapkan terlebih dahulu benihnya. Benih dapat disemai di tempat yang sudah disediakan seperti nampan maupun box. Ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, pada dasarnya ada tiga tahap dalam proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan penanaman. Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki lubang di bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air. Ssetelah itu tanaman yang sudah siap dipindahkan tersebut diletakkan satu persatu pada tempat yang telah dibuat tadi. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah.
4. Pemeliharaan tanaman
Proses selanjutnya pada vertikultur ini umumnya sama seperti proses budidaya tanaman lain pada umumnya yaitu perawatan. Perawatan disini antara lain seperti pemupukan dan pengendalian hama penyakit. Agar mendapatkan hasil yang optimal, pupuk yang digunakan sebaiknya menggunakan pupuk organik misalnya pupuk kompos, pupuk kandang, atau pupuk kobashi.
Limbah dapur atau daun-daun kering bisa dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi. Pupuk bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang, dan lain-lain) dengan teknologi EM yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat dalam beberapa hari dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk.
Saat ini masyarakat mulai banyak mempertimbangkan mengkonsumsi hasil panen yang Iebih sehat cara penanamannya, yaitu menggunakan pupuk dan pengendalian hama alami, meskipun harga produk tersebut lebih mahal. Saran untuk berkebun di rumah sebaiknya tidak menggunakan bahan kimia. Ditekankan pula jangan menggunakan furadan untuk membunuh hama yang ada di dalam tanah. Penggunaan furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah dan juga mencemari tanaman kurang lebih selama sebulan. Jadi, sebaiknya untuk tanaman sayuran tidak perlu digunakan furadan.
5. Pemanenan
Sumber gambar: http://mewalik-jaya.blogspot.com/
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar